Sekali Lagi Baitul Hikmah
Di rumah ini kita pernah merasakan terterkan Ketika darah muda dan jiwa berontak rindukan kebebasan Kita sama-sama pernah berdiri di bawah terik mentari Kita sama-sama pernah mendekam di kolam belakang pondok putri Perut kita dipaksa makan asal kenyang Kita dibentak ketika asik bercumbu dengan angan Bahkan nikmat tidurpun tak pernah kita temukan Sadarlah kawan... itu bukan hukuman itu bukan siksaan Renungkanlah kawan itu hanya sedikit gambaran dari realita yang nyata Kita memang pernah sama-sama teteskan air mata Tapi itu bukan derita dan itu tak pantas kita gambarkan dalam prosa Sekarang setelah gerbang kebebasan terbuka lebar Kita disini menyaksikan banyak orang terkapar lapar Sungguh tak pantas jika dulu kita memaki nasi dan sayur sunami Memalukan sekali jika dulu kita memarahi gerbang pembatas suci Seharusnya kita menyesal kawanku Ketika kita belum siap berlayar mengarungi samudra kebebasan yang tak malu malu Sungguh tak pantas jika dulu kita mengangap masa lalu sebagai benalu Tak pantas dan sungguh tak tau malu... Tahukan kawan kenapa dulu gerbang itu tak dibuka ? Mereka itu khawatir karena diluar sana banyak ular-ular berbisa Mereka takut jika kita anak-anak manja termangsa ganasnya dunia Sekarang marilah kita rapatkan barisan lalu berbenah Lupakan semua amarah gantikan dengan sikap ramah tamah Terimakasih saja tak cukup untuk mereka dan Baitul Hikmah Karenanya kita tau mana benar dan mana salah Ilmunya, nasihatnya, didikannya, bahkan bentakan bernada amarah Telah menyatu dalam daging dan mengalir dalam darah Membentuk jiwa, mental, dan akal pikiran yang ramah
Posting Komentar