"Penetapan hari santri sudah tidak bisa menunggu waktu lagi. Alasan historis sudah jelas. Landasannya kuat sekali. Makanya, sejak 2010 kami di wilayah Tapal Kuda Jawa Timur (Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Jember) sudah menggagas hal ini. Tidak kurang, Gus Dur sendiri dan kemudian diikuti banyak sekali tokoh yang mendorong penetapan hari santri ini. Sementara di akar rumput, masyarakat sepertinya sudah tidak sabar lagi menunggu diresmikan dan ditetapkannya hari santri secara nasional. Dengan menggunakan search engine semacam google dan memasukkan kata “hari santri” kita bisa segera tahu bagaimana arus besar di bawah yang menginginkannya. Padahal yang tidak pakai internet jumlahnya jauh lebih besar. Jadi tunggu apa lagi?
Hari santri itu khas negeri ini. Belum tentu, dan saya kira tidak mungkin, dimiliki bangsa-bangsa lain. Penetapan Hari santri, tentu saja, mengandung dua hal sekaligus. Pertama, generasi sekarang menghaturkan penghormatan dan takzim yang sudah sepantasnya pada masa lalu yang terus bersambung hingga sekarang, terutama melalui kultur dan tradisi pesantren di tengah Masyarakat. Kedua, penghormatan itu pada waktunya akan menjadi peletup semangat yang mengukuhkan komitmen umat Islam Indonesia terhadap kesatuan dan keutuhan bangsa ini.
Saya kira, sebisa mungkin, masing-masing dari kita bisa ikut berkontribusi dengan melakukan apapun. Bisa membuat acara-acara, diskusi, sampai tasyakuran untuk memeringati hari santri. Saya dengar RMI Kendal, misalnya, sudah mempersiapkan inisiatif sendiri mengadakan jalan sehat pada 22 Oktober untuk mengukuhkan penetapan Hari Santri. Di titik-titik lain saya juga dengar demikian. Sementara, saya juga dengar sejumlah agenda di Jakarta yang dipersiapkan untuk menyongsong tanggal 22 Oktober tahun ini. Ringkasnya, ada dua arus bertemu. Arus di bawah dan arus di atas. Semuanya menghendaki hari santri segera ditetapkan secara nasional. Jadi,sekali lagi, tunggu apalagi?"
Sumber : NU Online
Posting Komentar