Gusdurian Cirebon dan Marjinal Gelar Haul ke-6 Gus Dur di Fahmina Instiute Cirebon

Cirebon - Gusdurian Cirebon kemarin malam (9/1) melaksanakan haul Gusdur yang ke-6. Acara tersebut dilaksanakan di komplek Fahmina Institute bekerjasama dengan Fahmina Institute, dan Pelita (Pemuda Lintas Agama).

Haul Gusdur ke-6 dibuka dengan doa bersama yang dipimpin oleh Kang Marzuki Wahid dari Seknas Jaringan Gusdurian bersama dengan perwakilan dari Katolik, Yahudi, dan aliran kepercayaan lainnya.

Acara dengan tema “Menerjemahkan Gusdur untuk Perdamaian Indonesia dan Dunia” ini juga dihadiri oleh KH. Husein Muhammad, Kang Maman Imanul Haq, Kang Cepi, perwakilan dari Katolik, Yahudi, Ahmadiyyah, Syiah, MATAN, PMII, IPNU-IPPNU, GP. Ansor, ISNU, dan lain-lain dari para pecinta Gusdur dan orang-orang yang bertekad melanjutkan perjuangan Gusdur.

Dalam testimoninya, perwakilan dari Gereja Katolik menyampaikan bahwa Gusdur adalah orang NU yang begitu dicintai oleh umat Katolik.

“Pernah dalam suatu kesempatan setelah Gusdur lengser dari Presiden, Gusdur ada jadwal mengisi seminar di salah satu hotel, para jemaat meminta kami untuk bisa membawa Gusdur menemui jemaat Katolik di Cirebon meskipun sebentar. Acara yang sedianya dimulai pukul 15.00, molor karena jam 18.00 Gusdur baru tiba. Tapi kami setia menunggu bahkan yang datang semakin banyak”, tutur Beliau.

Adapun perwakilan Jemaat Ahmadiyyah dalam orasi kebudayaannya berterima kasih pada Gusdur karena pada masa Gusdur, warga Ahmadi merasa aman dan damai.

“Gusdur pernah berkata bahwa saya (Gusdur- red) membela Ahmadiyyah dengan alasan Kemanusiaan, bahwa warga Ahmadi adalah manusia. Hanya pada masa Gusdur, kami warga Ahmadi bisa mendatangkan Imam Besar Ahmadiyyah Internasional, bahkan difasilitasi oleh Negara. Semoga pemerintah sekarang bisa adil untuk melindungi dan menjamin hak semua warga Negara”, ungkap Beliau.

Tidak jauh berbeda penuturan perwakilan Ahmadiyyah, Muhammad Al Kaf selaku perwakilan dari Syiah merasa kehilangan dengan wafatnya Gusdur, dan berharap perjuangan Gusdur diteruskan oleh Gusdurian.

“Di tengah maraknya gerakan intoleransi yang memaksakan kehendak beragama, hadirnya Gusdur sungguh sangat dibutuhkan. Gusdur mengajarkan bahwa hidup di tengah peradaban yang beragam adalah keniscayaan. Hanya orang yang tidak beradab yang tidak mau hidup di tengah peradaban masyarakat yang beragam”.

Selain testimony dari Katolik, Ahmadiyyah, dan Syiah, tak ketinggalan pula testimony dari Kang Husein Muhammad, Kang Maman, Nyai Masriah, Pelita, Nisa Rengganis, Baiquni, Kang Cepi, dan tak ketinggalan band punk, MARJINAL sebelum memulai penampilan music mereka.

“Gusdur adalah Ibu bagi kita semua anak bangsa ini. Gusdur adalah Ibu bagi kita yang saling menghargai dan menghormati perbedaan. Mari kita jaga Bhinneka Tunggal Ika”, ungkap mereka singkat.

Haul Gusdur ke-6 ditutup dengan doa syair kesukaan Gusdur, al I’tiraf oleh KH. Husein Muhammad dengan diiringi alunan musik Marjinal. (Oon)

Haul Gusdur ke-6 dibuka dengan doa bersama yang dipimpin oleh Kang Marzuki Wahid dari Seknas Jaringan Gusdurian bersama dengan perwakilan dari Katolik, Yahudi, dan aliran kepercayaan lainnya.