Habib Luthfi: Apakah dengan Bertarekat Tak Boleh Berdoa Meraih Harta dan Dunia?

Wirid tarekat itu sebenarnya bukan wirid yang aneh atau ganjil. Wirid tarekat sebagian besar adalah kalimat Laa ilaaha illa Allah atau Allah sebanyak yang ditentukan oleh tarekat itu sendiri. Ada yang mewiridkannya secara sirr (dalam hati/pelan) dan ada pula yang mewiridkannya secara jahr (keras). Jadi, wirid tarekat tidak ada yang baru. Kalaupun ada tambahan, hanya shalawat, asmaul husna, dan pembaca  Laa haula wa laa quwwata illaa billah.

Lalu, apakah dengan bertarekat atau mengamalkan wirid tarekat tertentu itu tidak boleh berdoa untuk meraih harta dan dunia? Kita harus ketahui bahwa meminta dunia, termasuk kekayaan, kesejahteraan, itu tidak dilarang dalam Islam. Doa sapu jagad yang kita kenal, Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa ‘adzaaban naar, adalah doa yang menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Salah satu bentuk kebahagiaan di dunia adalah memiliki harta yang bisa dimanfaatkan secara benar.

Banyak hadits yang menyatakan agar seseorang selamat dari kemiskinan dan kefakiran. Misalnya, Rasulullah SAW menganjurkan untuk rajin membaca surat al Waqiah. Nabi SAW menjamin bahwa barangsiapa yang kerap membacanya, maka tidak akan jatuh miskin. Hal itu menunjukkan bahwa boleh saja seseorang berdoa untuk memohon kekayaan atau lainnya asal dengan cara yang benar. Mendapat kekayaan di jalan yang halal adalah hal sangat terpuji. Nabi Sulaiman sendiri tercatat sebagai seoirang Nabi yang kaya raya. Meskipun dalam hadits disebutkan bahwa rentang waktu masuk surga antara para Nabi dengan Nabi Sulaiman adalah selama seratus empat puluh tahun masa akhirat yang jauh lebih panjang dari masa hidup di dunia.

Harus diakui, bertarekat adalah dalam upaya mencari ridah dan rahmat Allah. Seorang yang mendapatkan ridha dan rahmat-Nya niscaya akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Kebahagiaan itu memang tidak senantiasa berbentuk harta berlimpah, karena itu bisa saja berbentuk anak-anak yang cerdas, yang penurut, yang taat agama, hidup yang sehat, disukai tetangga, istri yang shalihah, pekerjaannya lancar, dan lain sebagainya. Tapi, kita tidak bisa mengingkari kemanusiaan kita yang memiliki nafsu, terutama nafsu duniawi. Jadi, sah saja jika kita meminta rahmat dan ridha Allah terselip permohonan duniawi. Selama yang kita minta adalah hal yang tidak bertentangan dengan agama, yang masih dalam jangkauan ridha dan rahmat Allah, maka hal itu tak menjadi masalah.

Lalu wirid yang terbaik adalah membaca al Quran. “Barangsiapa ingin berdialog dengan Allah, maka bacalah Al Quran”, begitu sabda Rasulullah SAW. Dialog dengan Tuhan adalah wirid yang paling indah. Kemudian, membaca kalimah thayyibah seperti Laa ilaaha illAllah. Allah menjaminkan surga bagi para pembaca kalimat itu. Lainnya adalah istighfar, shalawat, tahmid, tasbih, Asmaul Husna, doa-doa ma’tsur dari Rasulullah. Wirid tarekat adalah juga wirid ma’tsur dari Rasulallah. Wallahu a’lam


Sumber : Buku Mengenal Tarekat Ala Habib Luthfi Hal. 5-7.

Wirid tarekat itu sebenarnya bukan wirid yang aneh atau ganjil. Wirid tarekat sebagian besar adalah kalimat Laa ilaaha illa Allah atau Allah sebanyak yang ditentukan oleh tarekat itu sendiri. Ada yang mewiridkannya secara sirr (dalam hati/pelan) dan ada pula yang mewiridkannya secara jahr (keras). Jadi, wirid tarekat tidak ada yang baru. Kalaupun ada tambahan, hanya shalawat, asmaul husna, dan pembaca Laa haula wa laa quwwata illaa billah.