PBNU: Resolusi Jihad Adalah Sumbangsih Mbah Hasyim Untuk bangsa

Banyak kiprah yang telah ditorehkan KH Hasyim Asy'ari. Resolusi jihad adalah di antara sumbangsih hadratussyaikh Hasyim Asy’ari kepada Nahdlatul Ulama dan bangsa Indonesia.

"Hari Santri Nasional bukan riya' (pamer), tapi penghormatan kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari dan para ulama lainnya yang menetapkan Resolusi Jihad yang berisi bahwa membela Tanah Air itu fardlu ain seperti layaknya shalat fardlu," kata KH Said Aqil Siroj, Ahad (18/10). Menurut dia, Resolusi Jihad itulah yang melahirkan intifadhah atau penyerangan secara massal oleh masyarakat terhadap tentara Sekutu (NICA), lanjutnya.

"Resolusi Jihad itu sendiri lahir atas permintaan Presiden Soekarno dan Muhammad Hatta yang mengirim utusan ke Pesantren Tebuireng untuk meminta agar Kiai Hasyim Asy'ari bersama para ulama menggerakkan masyarakat untuk melawan NICA," katanya.

Akhirnya, KH Hasyim Asy'ari selaku Rais Akbar PBNU mengajak para ulama dari berbagai kawasan sehingga melahirkan Resolusi Jihad.

"Jadi, pertempuran 10 November 1945 yang akhirnya diperingati sebagai Hari Pahlawan itu bukan merupakan perlawanan tanpa komando, melainkan bermodal fatwa Jihad fi-Sabilillah," katanya. Perlawanan itu dipimpin secara teknis oleh KH Abdul Wahab Chasbullah sebagai pelaksana yang bermarkas di Waru (Sidoarjo) dengan dukungan KH Masykur dari Malang dan KH Abbas dari Cirebon.

"Hasilnya, rakyat menang, bahkan pimpinan tentara Sekutu Brigjen Mallaby pun tewas. Dalam film Sang Kiai disebutkan bahwa Brigjen Mallaby tewas karena mobilnya dilempari bom oleh santri Tebuireng bernama Harun," katanya.

Oleh karena itu, dalam pandangan Kiai Said, Hari Santri Nasional yang ditetapkan Presiden Joko Widodo pada setiap 22 Oktober merupakan pengakuan pada perjuangan para kiai.

"Tanpa KH Hasyim Asy'ari dan para santri, maka Resolusi Jihad takkan pernah ada. Tanpa Resolusi Jihad, maka Pertempuran 10 November takkan terjadi. Tanpa Pertempuran 10 November, maka kemerdekaan takkan pernah tercapai," katanya.

Hadir pada kegiatan Kirab Hari Santri Nasional diantaranya, Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf. Wakil Ketua Umum PBNU, Slamet Effendy Yusuf dan Sekjen PBNU, Helmy Faishal Zain. Selain itu, hadir pula jajaran PWNU Jatim yakni KH Agoes Ali Masyhuri, KH Jazuli Noor, dan KH Abdurrahman Navis dan Ketua PWNU Jatim KH Mutawakkil Alallah. Tampak pula Ketua Panitia Hari Santri Nasional Jatim, H Abdul Halim Iskandar yang memimpin jalan sehat dari Kantor PCNU Surabaya ke Tugu Pahlawan.

Acara dipungkasi dengan pelepasan kirab diawali penyerahan pataka yakni panji-panji Merah Putih dan Bendera NU dari Ketua Umum PBNU kepada Sekjen PBNU dan Wagub Jatim untuk diserahkan kepada peserta kirab yang membawanya dari Tugu Pahlawan (Surabaya) ke Tugu Proklamasi (Jakarta) selama empat hari, yakni 18 hingga 22 Oktober.

Sumber: NU Online

Hari Santri Nasional bukan riya' (pamer), tapi penghormatan kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari dan para ulama lainnya yang menetapkan Resolusi Jihad yang berisi bahwa membela Tanah Air itu fardlu ain seperti layaknya shalat fardlu,