Kaum Tarekat itu...

Pagi ini langit masih tampak gelap, matahari seakan enggal keluar menampakkan senyum cerahnya. Udara Cirebon pun masih terasa dingin. Untung saja istriku sudah membuatkanku kopi panas pahit yang menghangatkanku di pagi ini sembari menemaniku terjaga agar pagi ini tak kembali tidur. Biar waktu tak mubadzir, aku ngopi sambil menikmati artikel-artikel yang dimuat di media-media online. Beraneka macam pembahasan ditulis. Mulai hal remeh temeh tampak tak berguna sampai hal berat yang membacanya kudu dengan dahi berkerut. benar-benar fakta bahwa ilmu mulai tergerus oleh informasi, sampai sulit membedakan antara ilmu dan informasi.

Khusyu' bener nih kang, mendadak ada suara yang mengagetkanku.

"Oh kamu tho Han, ngagetin aja. Datang itu ya bagusnya ngucapin salam lah. hehehe", Jawabku. Ternyata yang datang Burhan, dia adik kelasku waktu MTs.

"Ada berita apa, Han? Kamu jadi baiat thariqah?", Aku memburunya dengan pertanyaan.

Dengan tersenyum malu Burhan menjawab,"Anu Kang, belum. Belum berani".

"Lha kok belum berani?" tanyaku.

"Saya sebelumnya sudah 80% mantap untuk baiat, tapi sehari menjelang hari H saya baca artikel di internet kalau thariqah itu sumber kemunduran umat islam dan tidak ada gerakan apa pun untuk Bangsa ini. Ditambah lagi, malam hari saya ngobrol ama paman, paman bilang masuk thariqah itu harus umur 40 tahun dulu. Gitu kang." Burhan menjelaskan.

"Oalah gitu tho, saya menjawab sambil tertawa ringan dan menyeruput kopi yang mulai dingin, lha kita ini kok yakin banget umurnya nyampe 40. Lha apa kamu bisa menjamin 5 menit lagi masih bernafas?".

Burhan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Saya melanjutkan,"Kalau dalam satu keluarga kaya ada satu anak yang nakal, apa kita adil jika mengatakan bahwa semua anggota keluarga itu nakal?".

"Tidak, kan cuma satu yang nakal. Bisa jadi anggota keluarga yang lain sudah mengingatkan", jawab Burhan.

"Begitu juga dalam thariqah dan tasawwuf, Kalau ada satu atau beberapa pengamal yang pemahamannya dianggap mundur atau tidak maju, tentu tidak bisa dikatakan semua ahli thariqah atau pengamal tasawwuf seperti itu. Bisa jadi itu pilihan hidupnya pribadi atau bisa jadi itu pemahamannya pribadi yang keliru. Tapi kita tentu harus berbaik sangka bahwa itu merupakan pilihan hidupnya pribadi dalam rangka latihan, riyadhah melawan nafsu. Banyak Imam-imam thariqah, ahli tasawwuf yang kaya raya seperti al-Faqih al-Muqaddam Sayyid Muhammad Ali Ba'alawi, Syaikh Junaid al Baghdadi, Syaikh Abdul Qadir al Jilani, Syaikh Abul Hasan Ali asy Syadzili, dan lain-lain. 

Banyak pula imam thariqah, ahli tasawwuf yang pikirannya maju dan analisisnya terhadap masalah umat kuat seperti Imam Ghazali yang kitab-kitabnya itu visioner, bukan hanya membahas masalah remeh tapi masalah-masalah yang akan datang, sehingga kitab-kitab beliau sampai sekarang banyak yang membacanya. Dan banyak pula Ulama Thariqah, Ahli Tasawwuf yang ikut andil dalam perang melawan penjajahan. 

Imam Abul Hasan Asy Syadzili itu ikut berperang dalam perang salib. Syaikh Umar Mukhtar, seorang mursyid thariqah sanusiyyah menjadi pimpinan perlawanan rakyat Libya terhadap penjajahan Italia. Di Indonesia perlawanan-perlawanan terhadap penjajah itu banyak dipimpin oleh mursyid thariqah, seperti Kyai Muqoyyim, Kyai Sholeh Benda, Syaikh Abdul Hamid atau Pangeran Diponegoro, Syaikh Yusuf Makassar, Syaikh Abdul Karim Al Bantani, Syaikh Ilyas Sokaraja, Kyai Abbas Buntet, dan lain-lain. Makanya itu di Indonesia sebisa mungkin didoktein biar anak muda nggak masuk thariqah. Jadi berthariqah itu tidak hanya duduk mutar tasbeh, bahkan Imam Abul Hasan Asy Syadzili mewajibkan murid-murid Beliau untuk rajin bekerja. Lha wong beliau sendiri itu petani dan pedagang kok".

"Itu kan masa lalu kang, masa perang. Yang sekarang?", Burhan bertanya.

"Di Senegal itu ada perkumpulan Jamaah Tarekat yang melalui pertanian ekonomi para jamaah tarekat menjadi mandiri, maju dan kuat. Sekarang ini di India ada Mursyid Tarekat Naqsybandiyyah yang bersama murid-muridnya mempunyai usaha perikanan yang maju yang menyokong ekonomi jamaah dan program pendidikan di bawahnya. Di Indonesia pun sama. Beberapa Mursyid melakukan upaya penguatan ekonomi, seperti yang sedang dirintis oleh JATMAN dan MATAN. Mengapa saya contohkan yang bidang ekonomi? Karena selama ini tarekat identik dengan miskin dan tidak memberi solusi ekonomi. Padahal berikhtiar dalam ekonomi itu tidak dilarang. Gimana? Paham kan?".

Burhan diam saja. Entah diamnya itu tanda paham atau wujud kebingungan. Entahlah.

Sumber: Oon

Pagi ini langit masih tampak gelap, matahari seakan enggal keluar menampakkan senyum cerahnya. Udara Cirebon pun masih terasa dingin. Untung saja istriku sudah membuatkanku kopi panas pahit yang menghangatkanku di pagi ini sembari menemaniku terjaga agar pagi ini tak kembali tidur.