Siapa sih orang yang ingin memiliki hati yang kotor? Dan siapa sih orang yang ingin hatinya melupakan Allah dan semakin tambah lupa? Di sinilah pentingnya tarekat yaitu melepaskan kedua penyakit yang sangat berbahaya. Jelasnya untuk mengatasi kealpaan dalam hati dan menghilangkan noktah atau kotoran yang ada.
Kalau seseorang ingin hatinya bersih dan membersihkan hati, paling tidak ia akan tertarik dengan tarekat itu sendiri, karena diantara fungsi yang ada dalam tarekat itu adalah menghapuskan kotoran dalam hati dengan selalu mengamalkan zikirnya.
Harus diingat bahwa tarekat itu bukan hanya amalan para wali. Tarekat itu untuk mengantarkan kita agar kita selalu merasa melihat Allah atau merasa dilihat dan didengar Allah (Ihsan). Sehingga buahnya adalah hati dan perilaku yang terpuji.
Hukum bertarekat itu ada dua. Pertama, kalau bertarekat dengan dasar supaya banyak berzikir, itu sunnah. Tapi kalau dasarnya untuk menjauhkan hati dari sifat yang tidak terpuji seperti lalai kepada Allah hingga menimbulkan sombong, dengki, dalam hal ini hukumnya wajib.
Syarat masuk tarekat itu pertama terutama sudah mengetahui yang sudah diwajibkan syariat Allah, seperti mengetahui mana yang wajib, mustahil, jaiiz (mungkin) bagi Allah. Maksudnya dia telah mengerti 20 sifat Allah.
Kedua, dia telah mengetahui hukum-hukum ibadah, seperti rukun wudhu, rukun iman, yang membatalkan wudhu, rukun shalat, yang membatalkan shalat, dan bisa membedakan mana yang halal dan haram. Bilamana itu sudah tercukupi, dipersilakan menambah amalan-amalan atau ibadah dalam tarekat, karena tarekat tidak mengatur yang zhahir belaka. Tarekat juga mengatur hati supaya bersih dari sifat-sifat yang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasulullah. Hal demikian itu, perlu kita rintis dari sedini mungkin.
Adapun yang dimaksud dengan baiat dalam tarekat adalah mengambil janji. Sebagaimana sahabat mengambil janji terhadap Nabi SAW. Yaitu meninggalkan perbuatan dosa besar, dan mengurangi dosa kecil. Mengapa kita mengurangi dosa kecil? Karena dosa kecil bermula dari kelalaian dan menganggap enteng. Sehingga disebut mengurangi, supaya kita betul-betul tidak lalai, walau sekecil apapun. Kedua, janji taat kepada Allah dan Rasul-Nya, para wali, dan para ulama, menaati al Quran dan Hadits, menaati Negara dan pemerintahan. Ini yang disebut baiat. Baik antara pribadi dan Tuhannya, maupun pribadi dan Rasul-Nya. Wallahu a’lam
Posting Komentar