Proklamasi Kemerdekaan, Semangat Bangkit Indonesia dan Asia

Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslimin Nahdlatul Ulama (PP Lesbumi NU) KH Agus Sunyoto mengatakan, bahwa proklamasi kemerdekaan dimaknai sebagai kebangkitan bangsa Indonesia dan semangat kebangkitan bangsa Asia. 

Hal itu adalah tafsiran Kiai Agus pada data sejarah dan jejak pikiran Presiden Pertama Indonesia Soekarno. Menurutnya, Bung Karno paham bahwa bangsa kulit putih tidak akan rela melepaskan bangsa-bangsa kulit berwarna, terutama bangsa Indonesia untuk merdeka seutuhnya. 

Menurut Bung Karno, kutip Kiai Agus, Belanda akan mengubah model penjajahan dengan kolonialisme baru. “Kalau kolonialisme lama Belanda datang ke sini membuat pemerintahan di sini, kemudian diubah dengan penjajahan baru; Belanda, Amerika, Inggris, Asutralia, akan datang ke Indonesia cuma modalnya,” jelasnya pada “Ngaji Sejarah” yang digelar Lesbumi di Masjid An-Nahdlah lantai dasar gedung PBNU, Jakarta, Selasa malam (9/8).

Negara-negara tersebut akan membuat perusahaan multinasional. Pekerjanya yang diangkat orang Indonesia sendiri, tapi keuntunganya mengalir ke negara mereka sendiri. “Bung Karno menegaskan itu pada “Indonesia Menggugat tahun 1933”. ‘Tidak akan lama lagi, Amerika, Inggris, Belanda, Australia, Kanada, akan perang dengan Jepang untuk merebut sumber daya di Indonesa,’ begitu pledoi Bung Karno,” tambahnya. 

Ketika datang Jepang, Bung Karno dianggap kolaburator karena melakukan kerja sama dengan mereka. Memang betul dan itu tak bisa dipungkiri. Namun, ia melakukan itu karena mengenggap kerja sama dengan negara sesama Asia bisa sederajat. Sementara kerja sama dengan negara Barat sudah terbukti dianggap sebagai budak. 

Hal ini pula yang dilakukan Bung Karno saat menjadi presiden dengan membuka kerja sama dengan Tiongkok yang dikenal dengan istilah poros Jakarta-Peking. Tapi kenyataannya hal itu dianggap “kejahatan sejarah”. Bagitu juga ketika zaman pemerintahan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang melakukan hal yang sama. Juga dianggap kejahatan sehingga ia digulingkan. “Kita melihat dibalik semangat nasionalisme Indonesia ada semangat untuk Asia bangkit,” kata penulis buku “Atlas Wali Songo” ini.

Tak hanya itu, Bung Karno juga melakukan kerja sama Asia dan Afrika dengan mengadakan Konferensi Asia Afrika. Ketika terjadi perang dingin, Bung Karno menginisiasi Gerakan Non-Blok. 

“Itu kekuatan-kekuatan negara baru. Tapi kalah juga. Kebijakan Bung Karno dilanjutkan Gus Dur, tapi tidak bisa karena jumlah didikan Barat lebih banyak yang menentang. Sekarang Jokowi juga yang melalukan hubungan dengan Cina, isunya pekerja yang datang itu isinya tentara. Data dari mana? Itu tandanya jangan sampai Indonesia menjalin hubungan dengan sesama Asia,” jelasnya. 

Hal karena Indonesia dan Tiongkok adalah negara konsumen besar. Hubungan antara Asia dengan Asia akan mengganggu kepentingan negara besar seperti Amerika. “Susahnya banyak yang menjadi penguasa kita lulusan yang dididik kolonial. Mentalitas mereka adalah mentalitas kolonial. Kita harus menjadi koordinat negara lain. Dan faktanya sampai sekarang,” katanya sambil mengatakan, itulah cara pandang sejarah emik, sejarah dengan kacamata kita, bukan kacamata orag lain atau negara lain.

Pada kesempatan tersebut, Ngaji Sejarah yang dipandu pengurus Lesbumi Lodji Hadi juga dihadiri narasumber mantan Menteri Sekretaris Negara pada Kabinet Persatuan Nasional bentukan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Bondan Gunawan. Kegiatan tersebut dihadiri juga anak-anak muda NU dan beberapa pengurus lembaga dengan diakhiri pembacaan puisi dan doa oleh Abdullah Wong.

Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslimin Nahdlatul Ulama (PP Lesbumi NU) KH Agus Sunyoto mengatakan, bahwa proklamasi kemerdekaan dimaknai sebagai kebangkitan bangsa Indonesia dan semangat kebangkitan bangsa Asia.