Minimnya Intelektual, Spritual, dan Emosional adalah Penyebab Kerusakan

Akhir-akhir ini banyak sekali berita, baik melalui media TV, radio, koran, dan yang tak kalah adalah media Sosial memberitakan mengenai tragedi, entah mengenai kemanusiaan hingga pada tingkat gagalnya pemahaman. semua yang membaca ataupun yang memberitakan kebanyakan mengecam dan menyudutkan satu-dua oknum tertentu. dari per-orangan hingga ormas yang ada.

Sedikit sekali yang berusaha berfikir kenapa semua itu terjadi? kalau kita belajar ushul fiqh (hukum) apa 'illat-nya atau saba-musababnya. kalau dalam dunia tasawuf apa yang melatarbelakangi kejadian semua ini? lantas orang yang pemahaman agamanya kurang akan mengatakan "semua sudah digariskan tuhan" atau dengan gaya berdalih dengan ayat al-Qur'an "segala sesuatunya sudah ditakdirkan Allah".

coba di sini, mari kita berfikir sejernih mungkin apa sebab semuanya terjadi? inilah kurang dan mengesampingkan orang untuk bertafakkur (berfikir) padahal kalau kita merujuk pada al-Qu'ran anjuran untuk berfikir sama dengan anjuran untuk berdzikir. seperti halnya yang pernah Gus Mus katakan dalam sebuah acara di TV.

Menganalisa kerusakan sekarang-sekarang ini, sebagai generasi bangsa kita ini sangat kekeringan dalam tiga hal, atau diantara ketiganya ada yang kurang. yaitu mengenai Intelektual, Spritual, dan Emosional dalam diri kita. Nabi pernah menganjurkan kepada kita untuk dibagi sepertiga-nya. untuk makan, minum, dan bernafas. nah disinilah peran penting untuk melatih semuanya. khusus untuk umat Oslam dan umumnya warga negara republik Indonesia mari perkuat NKRI atau agama Islam kita dengan mengisi ketiga unsur di atas.

pertama intelektual, untuk menambah wawasan ke-intelektual-an kita harus banyak membaca dan belajar mengenai pengetahuan, jangan pernah anda batasi, akan teapi, yang paling terpenting adalah bagaimana kita harus memiliki filter atau penyaring untuk mengolah pengetahuan itu menjadi perilaku yang bijaksana, baik dan berbudi. maka tak bisa disanggah untuk menembus itu semua dibutuhkan kekuatan baru yang dinamakan Spritual.

kedua Spritual, mengenai Spritual ini warga NU sudah sangat paham menganai manfaat dan berkah dari aurod, hizib, atau Do'a. atau dengan kata lain kita harus banyak melakukan rihlah ilahiah atau perjalan menuju Tuhan. banyak cara yaitu melalui ziarah ke sesepuh baik yang masih hidup atau yang sudah menghadap ilahi. ini yang akan menumbuhkan rohani kita sejuk, dan damai. karena Nabi bersabda "tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali Do'a". begitupun dengan memperbanyak dzikir atau berdo'a minimal kita sebagai hamba manusia akan mengurangi sifat kesombongan yang sifat itu adalah hak mutlak Tuhan.

ketiga adalah emosional, ilmu ini yang sulit kita dapatkan, atau minimal tentang kesadaran diri kita. kita ingat dan contoh yang sangat ringan waktu kecil, dulu kita sering bercanda bersama teman kita " jangan mencubit ya kalau tidak mau dicubit atau gimana rasanya dicubit, sakitkan?" pertanyaan dan jawaban itu yang dengan pelan-pelan mengajarkan kita agar saling menjaga, tidak saling menyakiti, dan terus berlaku baik. atau kalau benar-benar kita ingin mengasah emosional kita, sering-seringlah berkunjung kerumah sakit, warga miskin, tempat sampah, dan orang-orang yang hidupnya dibawah kita.

kejadian-kejadian aneh dinegeri tidak lain adalah karena ketiga unsur tersebut sangat kering. kita sering dibatasi dalam menambah wawasan, dan dari ke-terbatasan itu kita mengatakn itu sudah mutlak kebenaran dan keabsahannya. kita sangat jarang jejagongan atau i'tikaf khusyu' berdoa dan berziara, tiba-tiba mengaku kitalah yang paling dekat dengan tuhan. selanjutnya terakhir kita jarang sekali mengobati dan tidak ingin disakiti, tapi setiap waktu kita menebar benih penyakit dan kebencian.

semoga dari ulasan ini mari berbenah dan menjaga keutuhan NKRI dengan membangun kesadaran intelektual, Spritual, dan Emosional.


Penulis : Jamaluddin Al-athar

(Mahasiswa Sejarah Kebudayaan Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan Menteri Keagamaan DEMA IAIN Syekh Nurjati 2015-2016.)

Kontak: 085797212299

Akhir-akhir ini banyak sekali berita, baik melalui media TV, radio, koran, dan yang tak kalah adalah media Sosial memberitakan mengenai tragedi, entah mengenai kemanusiaan hingga pada tingkat gagalnya pemahaman. semua yang membaca ataupun yang memberitakan kebanyakan mengecam dan menyudutkan satu-dua oknum tertentu. dari per-orangan hingga ormas yang ada.